Jumat, 06 November 2015

Teknik Ultra-cepat Menyingkap Prinsip-prinsip Perancangan dalam Biologi Kuantum

Para peneliti dari University of Chicago telah berhasil menciptakan suatu senyawa sintetis yang meniru dinamika kuantum yang kompleks seperti yang bisa diamati dalam fotosintesis. Terobosan ini memungkinkan dibangunnya cara fundamental terbaru untuk menciptakan teknologi energi surya. Merekayasa efek kuantum untuk dijadikan sebagai perangkat pemanen-cahaya sintetik tidak saja bisa terwujud, namun, prosesnya pun ternyata lebih mudah dari yang diduga, lapor para peneliti dalam edisi 19 April jurnal Science.
Para peneliti merekayasa molekul kecil yang mendukung koherensi kuantum agar tahan lama. Koherensi adalah perilaku superposisi kuantum yang secara makroskopik bisa diamati. Superposisi adalah konsep kuantum mekanik yang fundamental, dicontohkan dengan eksperimen klasik yang dikenal sebagai Cat Schrodinger, di mana partikel kuantum tunggal seperti elektron menempati lebih dari satu keadaan secara bersamaan.
Efek kuantum umumnya diabaikan dalam ketidakteraturan sistem yang besar dan panas. Namun demikian, eksperimen ultra-cepat spektroskopi yang baru-baru ini dikerjakan oleh Prof. Greg Engel dalam laboratorium kimia University of Chicago telah sukses menunjukkan bahwa superposisi kuantum mungkin berperan menghasilkan efisiensi kuantum yang nyaris sempurna dalam pemanenan cahaya fotosintesik, sekalipun dalam suhu fisiologis.
Para peneliti dari Universitas Chicago berhasil menciptakan senyawa sintetis yang meniru dinamika kuantum yang kompleks seperti yang teramati dalam fotosintesis. Senyawa ini memungkinkan dibangunnya cara fundamental terbaru untuk mengembangkan teknologi pemanenan cahaya matahari. (Kredit: Graham Griffith)
Para peneliti dari University of Chicago berhasil menciptakan senyawa sintetis yang meniru dinamika kuantum yang kompleks seperti yang teramati dalam fotosintesis. Senyawa ini memungkinkan dibangunnya cara fundamental terbaru untuk mengembangkan teknologi pemanenan cahaya matahari. (Kredit: Graham Griffith)
Antena fotosintetik – protein yang mengatur klorofil dan molekul-molekul cahaya-serapan lainnya pada tanaman dan bakteri – mendukung superposisi untuk bertahan lama dalam tingkat anomali. Banyak peneliti yang mengusulkan bahwa organisme telah berevolusi dan mengembangkan sarana untuk melindungi superposisi tersebut. Hasilnya: terjadi peningkatan efisiensi dalam proses mentransfer energi dari sinar matahari yang terserap ke bagian-bagian sel yang mengubah energi matahari menjadi energi kimia. Hasil-hasil studi yang baru-baru ini dilaporkan ini telah menunjukkan bahwa manifestasi tertentu pada mekanika kuantum dapat direkayasa menjadi senyawa hasil buatan-manusia.
Para peneliti memodifikasi fluoresein – molekul serupa yang pernah digunakan untuk mewarnai Sungai Chicago menjadi hijau dalam rangka Hari St. Patrick – lalu menghubungkan pasangan-pasangan pewarna yang berbeda menjadi satu dengan menggunakan struktur penjembatan yang ketat. Molekul-molekul yang dihasilkan mampu menciptakan sifat-sifat penting dari molekul klorofil di dalam sistem fotosintesis, yang menyebabkan koherensi mampu bertahan selama puluhan femtosekon dalam suhu ruangan.
“Mungkin kedengarannya bukan waktu yang sangat lama – femtosekon setara dengan sepersejuta miliar detik,” kata rekan penulis studi Dugan Hayes, lulusan University of Chicago dalam bidang kimia, “Tapi pergerakan eksitasi melalui sistem juga terjadi pada skala waktu yang ultra-cepat ini, mengindikasikan bahwa superposisi kuantum dapat berperan penting dalam proses transfer energi.”
Para peneliti University of Chicago yang terlibat dalam studi. Dari kiri ke kanan: sarjana pasca-doktoral Graham Griffin, profesor Greg Engel dan mahasiswa pascasarjana Dugan Hayes. (Kredit: Tom Jarvis)
Para peneliti University of Chicago yang terlibat dalam studi. Dari kiri ke kanan: sarjana pasca-doktoral Graham Griffin, profesor Greg Engel dan mahasiswa pascasarjana Dugan Hayes. (Kredit: Tom Jarvis)
Untuk mendeteksi bukti superposisi yang tahan lama, para peneliti memfilmkan aliran energi dalam molekul dengan menggunakan rekayasa laboratorium dan sistem laser tingkat tinggi dalam skala femtosekon. Tiga pulsa laser yang terkontrol secara tepat diarahkan ke dalam sampel, menghasilkan pancaran sinyal optik yang ditangkap dan diarahkan ke dalam kamera.
Dengan memindai jeda waktu di antara kedatangan pulsa-pulsa laser tersebut, para peneliti memfilmkan aliran energi di dalam sistem, menandainya sebagai rangkaian spektrum dua dimensi. Masing-masing spektrum dua-dimensi termuat dalam satu frame film, berisi informasi tentang keberadaan energi di dalam sistem sekaligus memberitahu jalur-jalur apa saja yang dilaluinya untuk mencapai ke sana.
Film ini mempertunjukkan relaksasi dari keadaan energi tingkat tinggi menuju ke keadaan energi tingkat yang lebih rendah dalam serangkaian waktu, serta memperlihatkan osilasi sinyal di area-area sinyal yang sangat spesifik, atau ketukan-ketukan kuantum. “Ketukan kuantum merupakan ciri dari koherensi kuantum, timbul dari interferensi antara keadaan-keadaan energik yang berbeda dalam superposisi, mirip dengan suara ketukan ketika dua instrumen musik yang tidak selaras mencoba memainkan nada yang sama,” ungkap Hayes.
Simulasi komputer menunjukkan bahwa koherensi kuantum bekerja dalam antena fotosintesis untuk menjaga eksitasi untuk tetap tidak terjebak dalam perjalanannya menuju pusat reaksi, yaitu tempat dimulainya konversi ke energi kimia. Dalam satu interpretasi, sebagaimana eksitasi berpindah melalui antena, keberlangsungannya tetap berada dalam superposisi dari semua jalur sekaligus, memaksa eksitasi berlanjut ke jalur yang semestinya. “Sebelum koherensi-koherensi ini berhasil teramati dalam sistem sintetis, ada keraguan bahwa fenomena yang kompleks mampu diciptakan di luar alam,” ujar Hayes.

Diambil dari: http://www.faktailmiah.com/2013/04/20/teknik-ultra-cepat-menyingkap-prinsip-prinsip-perancangan-dalam-biologi-kuantum.html
Kredit: University of Chicago
Jurnal: D. Hayes, G. B. Griffin, G. S. Engel. Engineering Coherence Among Excited States in Synthetic Heterodimer Systems. Science, 2013; DOI: 10.1126/science.1233828

Bukti Cerdasnya Kakatua Asal Indonesia: Memecahkan Masalah Lima Lapis Permasalahan Tekhnis

Dalam sebuah percobaan, spesies burung kakatua asal Indonesia ternyata mampu memecahkan masalah mekanik yang kompleks; mengurai serangkaian kunci tahap demi tahap secara berurutan. Kemampuan kognitif ini mengungkap tingkat kecerdasan yang lebih dalam pada burung.
Tim ilmuwan dari Universitas Oxford, Universitas Wina dan Max Planck Institute, melaporkan hasil studinya dalam jurnal PLoS ONE, di mana sepuluh ekor kakatua Goffin [Cacatua goffini] dihadapkan dengan kotak teka-teki untuk dipecahkan. Makanan berupa kacang sengaja diperlihatkan dari balik pintu transparan yang dibentengi lima lapis perangkat yang terkunci; tiap-tiap perangkat dihadang oleh perangkat terkunci berikutnya dalam satu rangkaian.
Untuk mencapai kacang itu, si kakatua harus terlebih dahulu mencopot pin, lalu sekrup, baut, memutar roda 90 derajat, dan kemudian menggeser gerendel ke samping. Salah satu burung bernama Pipin berhasil memecahkan masalah tanpa bantuan dalam waktu kurang dari dua jam, sedangkan beberapa burung lainnya harus dibantu, baik dengan memperlihatkannya terlebih dahulu serangkaian kunci secara bertahap atau membolehkan mereka menyaksikan rekan lain dalam menyelesaikan tugas.
Seekor burung kakatua bernama Muppet tengah memecahkan masalah kunci jenis-baut. (Kredit: Alice Auersperg)
Seekor burung kakatua bernama Muppet tengah memecahkan masalah kunci jenis-baut. (Kredit: Alice Auersperg)
Para ilmuwan tertarik pada kemajuan burung dalam mencapai solusi, dan pada apa yang diketahui burung setelah berhasil memecahkan tugas secara penuh.
Tim riset menemukan bahwa burung-burung itu bekerja dengan gigih untuk menyortir satu demi satu kendala meski hanya diimbali kacang jika mereka sudah berhasil memecahkan kelima perangkat. Burung-burung itu tampak memperoleh kemajuan seolah-olah mereka menjalankan proses ‘putaran roda kognitif’: begitu menemukan cara untuk menyelesaikan satu kuncian, mereka jarang menemukan kesulitan saat kembali dihadapkan dengan perangkat yang sama. Menurut para ilmuwan, ini konsisten dengan burung-burung yang memiliki sebuah representasi tujuan yang mereka incar.
Setelah kakatua menguasai seluruh urutan, ilmuwan menyelidiki apakah burung-burung itu telah mempelajari cara mengulang urutan tersebut atau malah merespon efek dari tiap-tiap kunci.
Mekanisme kunci pada kotak teka-teki.(Kredit: Alice Auersperg)
Mekanisme kunci pada kotak teka-teki.(Kredit: Alice Auersperg)
“Setelah mereka memecahkan masalah awal, kami memberikan enam soal yang disebut ‘tugas transfer’, di mana beberapa kuncinya harus dipasang ulang, dicopot, atau dibuat tak berfungsi,” jelas Dr. Alice Auersperg, yang memimpin penelitian dalam Laboratorium Goffin di Universitas Wina, “Analisis statistik menunjukkan bahwa mereka bereaksi terhadap perubahan dengan sensitivitas yang tanggap terhadap situasi baru.”
“Kami tak dapat membuktikan bahwa burung-burung ini memahami struktur fisik pada masalah seperti layaknya manusia dewasa, namun dari perilaku mereka, kami dapat menyimpulkan bahwa mereka sensitif terhadap bagaimana objek-objek bertindak satu sama lain, dan bahwa mereka dapat belajar memperoleh kemajuan ke arah tujuan yang jauh, langkah demi langkah, tanpa harus diimbali,” tutur Profesor Alex Kacelnik dari Departemen Zoologi Universitas Oxford, penulis pendamping dalam studi ini.
Kakatua adalah jenis burung berotak besar yang gemar bermain dan bersosial yang tinggi.(Kredit: Alice Auersperg)
Kakatua adalah jenis burung berotak besar yang gemar bermain dan bersosial yang tinggi.(Kredit: Alice Auersperg)
“Burung yang secara tiba-tiba dan sering melakukan perkembangan dan respon terhadap perubahan mendadak mengindikasikan plastisitas perilaku dan memori praktis yang menonjol,” ungkap Dr. Auguste von Bayern, penulis pendamping dari Universitas Oxford, “Kami yakin mereka terbantukan dengan karakteristik spesies, seperti rasa ingin tahu, teknik eksplorasi taktil dan ketekunan: kakatua mengeksplorasi objek di sekitarnya dengan paruh, lidah dan kaki mereka. Berbeda dengan hewan yang mengekplorasi objek secara visual, mereka mungkin tak pernah mendeteksi bahwa mereka bisa menggerakkan kunci.”
“Terlalu mudah untuk mengatakan bahwa kakatua memahami masalah, namun klaim ini hanya akan dibenarkan jika kami dapat mereproduksi rincian respon hewan terhadap sebuah muatan berdaya besar dari masalah-masalah fisik yang baru,” tambah Profesor Kacelnik.

Diambil dari: http://www.faktailmiah.com/2013/07/06/kecerdasan-teknis-kakatua-asal-indonesia-memecahkan-masalah-lima-lapis-kuncian.html

Jurnal: Alice M. I. Auersperg, Alex Kacelnik, Auguste M. P. von Bayern. Explorative Learning and Functional Inferences on a Five-Step Means-Means-End Problem in Goffin’s Cockatoos (Cacatua goffini). PLoS ONE, 2013; 8 (7): e68979 DOI: 10.1371/journal.pone.0068979

Bentuk awal mahkluk hidup penghasil oksigen di Bumi muncul 60 juta tahun lebih awal dari yang sebelumnya diperkirakan


Ahli geologi dari Trinity College Dublin, Irlandia, menemukan bahwa bentuk kehidupan penghasil oksigen pertama di  Bumi muncul sekitar 3 milyar tahun yang lalu. Ini berarti 60 juta tahun lebih awal dari yang selama ini diperkirakan oleh para ahli dan tertulis di buku buku sejarah evolusi. Bentuk kehidupan ini bertanggungjawab atas terbentuknya oksigen yang melimpah yang kini ada di atmosfer kita. Oksigen yang melimpah ini di kemudian hari berperan penting dalam berkembangnya mahkluk hidup yang lebih kompleks seperti manusia.
Bekerjasama dengan Profesor Joydip Mukhopadhyay dan Gautam Ghosh dan rekan-rekan lain dari Universitas Kepresidenan di Kolkata, India, para ahli geologi ini menemukan bukti adanya pelapukan batuan kimia yang merujuk pada pembentukan tanah yang terjadi ketika ada kemunculan O2. Menggunakan sistem uranium-lead isotop decay yang muncul secara alami, para geolog melakukan pengukuran usia secara cermat dan akhirnya menyimpulkan bahwa peristiwa ini muncul setidaknya 3,020,000,000 tahun yang lalu. Tanah kuno (atau paleosol) tersebut berasal dari Singhbhum Kraton Odisha, dan kemudian dinamakan ‘Keonjhar Paleosol’ sesuai nama kota terdekat.
Seperti kita ketahui, bukti penggalian geologi menujukkan bahwa pada awal kemunculan kehidupan, terjadi peningkatan kadar oksigen dalam atmosfer kita. Ini karena melimpahnya tumbuh tumbuhan purba yang mengconvert karbon dioksida menjadi oksigen sebelum munculnya hewan yang merubah oksigen menjadi CO2. Pola pelapukan kimia yang didapat dalam paelosol tersebut sesuai dengan pola kenaikan level Oksigen dari masa ke masa. Level Oksigen seperti itu hanya bisa terjadi akibat melimpahnya organisme kala itu yang mengubah energi cahaya matahari dan karbon dioksida menjadi oksigen dan air. Proses yang disebut fotosintesis ini digunakan oleh jutaan spesies tumbuhan dan bakteri berbeda yang ada di bumi saat ini. Melimpahnya kadar oksigen dalam atmosfer kala itu berperan penting berkembangnya bentuk kehidupan yang lebih kompleks seperti mamalia.
Penelitian ini baru saja dipublikasikan secara online dalam jurnal Geologi peringkat teratas dunia bernama ‘Geology’. Quentin Crowley, Asisten Profesor dalam Analisis Isotop dan Lingkungan di Sekolah Ilmu Pengetahuan Alam di Trinity, sekaligus penulis senior dari artikel jurnal yang menjelaskan penelitian ini berkata: “Ini adalah penemuan yang sangat menarik, yang membantu untuk mengisi kesenjangan dalam pengetahuan kita tentang evolusi awal Bumi. Paleosol dari India ini mengatakan kepada kita bahwa ada kejadian oksigenasi atmosfer, dan ini terjadi jauh lebih awal dari yang dibayangkan sebelumnya. “
Awal Bumi kala itu sangat berbeda dengan apa yang kita lihat sekarang ini. Suasana awal atmosfer planet kita kaya akan metana dan karbon dioksida dan hanya ada O2 dalam skala yang sangat sedikit. Fakta yang sebelumnya diterima secara luas untuk evolusi atmosfer menyatakan bahwa tingkat O2 tidak  meningkat secara signifikan sampai sekitar 2,4 miliar tahun yang lalu.
Kejadian yang disebut ‘Great Oxidation Event’ ini kemudian menyebabkan melimpahnya atmosfer dan lautan dengan O2, dan digembar-gemborkan sebagai salah satu perubahan terbesar dalam sejarah evolusi awal kehidupan di bumi. Mikroorganisme sendiri, dapat dipastikan telah hadir sebelum 3,0 miliar tahun yang lalu, namun tidak mungkin mampu menghasilkan O2 dalam jumlah banyak lewat fotosintesis. Sebelum ini masih belum jelas apakah terdapat peristiwa oksigenasi yang terjadi sebelum Oksidasi Besar itu, sementara itu argumen yang melandasi kemampuan evolusi fotosintesis sebagian besar telah didasarkan pada tanda-tanda pertama dari penumpukan oksigen di atmosfer dan lautan.
Profesor Crowley menambahkan, “Ini adalah contoh langka dari catatan geologi yang memberikan gambaran sekilas tentang bagaimana batuan melapuk. Perubahan kimia yang terjadi selama pelapukan ini memberitahu kita sesuatu tentang komposisi atmosfer pada saat itu. Sangat sedikit dari ‘paleosols’ yang telah didokumentasikan dari periode sejarah bumi sebelum 2,5 miliar tahun yang lalu. Satu satunya adalah yang kita kerjakan dan itu berusia setidaknya 3020000000 tahun, dan itu menunjukkan bukti kimia bahwa pelapukan berlangsung dalam suasana dengan tingkat O2 tinggi. “
Hampir tidak ada O2 di atmosfer bumi pada 3,4 miliar tahun yang lalu, namun karya terbaru dari paleosols Afrika Selatan menunjukkan bahwa sekitar 2,96 miliar tahun lalu tingkat O2 mungkin mulai meningkat. Oleh karena itu temuan Profesor Crowley telah menggeser batas sejarah tersebut setidaknya 60 juta tahun. Mengingat manusia baru ada di planet ini sekitar seper sepuluh dari waktu itu, maka hal itu bukanlah hal yang insignifikan dalam sejarah evolusi.

Diambil dari: http://www.faktailmiah.com/2014/09/06/bentuk-awal-mahkluk-hidup-penghasil-oksigen-di-bumi-muncul-60-juta-tahun-lebih-awal-dari-yang-sebelumnya-diperkirakan.html
 
Referensi Jurnal:
  1. J. Mukhopadhyay, Q. G. Crowley, S. Ghosh, G. Ghosh, K. Chakrabarti, B. Misra, K. Heron, S. Bose. Oxygenation of the Archean atmosphere: New paleosol constraints from eastern India. Geology, 2014; DOI: 10.1130/G36091.1  

MAGNOLIOPHYTA (SUBCLASSIS CARYOPHYLLIDAE dan SUBCLASSIS DILLENIDAE

A.    Tujuan
1.      Mengamati cirri-ciri khusus spesies tumbuhan yang termasuk pada divisi magnoliophyta khususnya subclassis  Caryophyllidae dan subclassis dillenidae.
2.      Mengamati cirri-ciri khusus spesies tumbuhan yang termasuk pada family-family khususnya subclassis  Cayophyllidae dan subclassis Dillenidae.

B.     Dasar Teori
Magnoliophyta atau Angiospermae merupakan kelompok tumbuhan yang alat perkembangbiakan generatifnya berupa bunga. Pada umumnya bunga mempunyai perhiasan yang terdiri atas kelopak (Calyx) dan mahkota (Corolla). Alat reproduksi jantan dihasilkan dalam stamen yang berjumlah satu atau banyak sedangkan alat reproduksi betina berupa putik (pistilum). Putik ada yang hanya tersusun dari satu daun buah (karpel) tetapi ada juga yang terbentuk dari karpel. Ovarium mungkin hanya terbentuk dari satu karpel atau beberapa karpel yang bersatu. Biji terdapat di dalam ovarium. Divisio Magnoliophyta terdiri atas dua Kelas yaitu Magnoliopsida (dicotiledonae) dan Liliopsida (monokotiledonae). Magnoliopsida mempunyai 64 ordo, 318 familia, dan kurang lebih 165.000 spesies sedangkan Liliopsida mempunyai 19 ordo, 65 familia, kurang lebih 50.000 species (Tjitrosoepomo, 2010: 33).
Kelas Magnoliopsida (dicotilodenae) meliputi terna, semak-semak, perudu atau pohon yang seperti akar lembaga dengan tumbuh terus menjadi akar pokok (akar tunggang) yang bercabang-cabang dan membentuk system akar tunggang. Duduk daun biasanya tersebar atau berkarang, kadang kadang saja berseling. Daun tunggang atau majemuk, seringkali disertai oleh daun-daun penempu, jarang mempunya pelepah, helaian bertulang menyirip atau menjari. Pada cabang-cabang kesamping sering kali terdapat 2 daun pertama yang letaknya tegak lurus pada bidang median dikanan kiricabang tersebut. Bunga bersifat di-, tetra-, atau pentamer. Kelas Magnoliopsida terdiri atas 6 sub kelas, yaitu: Magnoliidae, Hamamelidae, Dillinidae, Caryophillidae, Rosidae, Asteriade (Sudarsono, 2005: 20-22 ).
Subkelas caryophyllidae merupakan dikotiledonae dengan polen tipe trinukleatus dan jarang binukleatus , ovulum bitegmik dengan plasenta sentralis atau basalis , subkelas Caryophyllidae terdiri atas 3 ordo , 14 familia, dan kurang lebih 11.000 species dan hampir 90% adalah anggota ordo Caryophyllidae, dua ordo lainya adalah polygonales dan plumbaginales. Ordo Caryophyllidae terdiri atas 12 familia antara lain: phytolacaceae, Nyctaginaceae, Achatocarpaceae, Didieraceae, Aizoaceae, Cactaceae, Chenopodiaceae, Amaranthaceae, Portulaceae, Basellaceae, Molluginaceae dan Caryophillaceae. Nytaginaceae merupakan familia yang basah hingga berkayu dan memiliki braktea yang kadang berwarna dan persisten , filamennya bersatu pada bagian dasar, ovulumnya 1 yang letaknya basalis, duduk daunnya berhadapan (Dasuki, 1992:43).
Cactaceae merupakan familia yang sukulen dan berduri, bunganya tunggal yang pada umumnya ovarium familia Cactaceae tertanam di batang sukulen dengan tipe inferum, memiliki stamen yang sangat banyak , familia Cactaceae banyak dimanfaatkan sebagai tanaman hias.
Amarantaceae merupakan familia yang secara umum habitusnya herba, memiliki bunga majemuk berupa ( spika, bulir ), memiliki banyak braktea, kaliks dan korollanya tidak dapat di bedakan , perhiasan biasanya tipis seperti membrane.
Portulacaceae merupakan tumbuhan basah , daunnya tunggal dan sering berdaging dengan letak duduk daunnya berhadapan, tersebar atau roset, bunga tunggal , stamen sebanyak petal atau bahkan banyak sekali dan terletak di muka petalium, stilus dan stamennya terdiri dari 2 hingga 5.
Caryophyllaceae merupakan tumbuhan yang habitusnya berupa herba dengan nodus yang mengembung sehingga bila daun gugur nodus tetap terlihat , duduk daun berhadapan, letak plasenta sentralis , corolla ada dan bahkan tidak ada , jika ada corollanya berkelipatan lima, familia Caryophyllidae banyak dimanfaatkan sebagai tanaman hias.
Dillenidae tampak jelas berkembang dari Magnoliidae, tipe karpel yang apokarp pada Dilleniales merupakan penghubung antara subkelas Magnoliidae dan Dillenidae, dari subkelas Magnoliidae, merupakan Familia Lilliaceae diduga merupakan Familia yang paling dekat hubungannya dengan Dillenidae, dalam subkelas Dillenidae, Familia Theales sentral sebab semua ordo (kecuali Dilleniales) dalam subkelas Dillenidae berkembang dari Theales.
Subkelas Dillenidae terdiri atas 13 ordo , 78 Familia , kurang lebih 25.000 species. Tiga per empat dari sejumlah species tersebut berasal dari 5 ordo, yaitu Violales, Capparales, Ericales, Theales, dan Malvales, dan ordo-ordo yang lain antara lain yaitu Dilleniales, Lecythidales, Nepenthales, Salicales, Batales, Diapensales, Ebenales dan Primunales. Namun dalam raktikum kali ini akan membahas dari famili Malvaceae, Cucurbitaceae, Brassicaceae, caricaceae.
Malvaceae merupakan Familia yang berhabitus herba, perdu dan pohon, umumnya mempunyai rambut-rambut berbentuk bintang, sisik atatu bentuk yang lain, daun tunggal dengan urat daun palmatus, letaknya tersebar, umumnya ada stipula, bunga tunggal atau dalam perbungaan simosa, biseksual, kaliks 5 sepal, sering terdapat epikaliks ( kaliks tambahan ), korolla 5 petal, lepas atau melekat pada tabung filamen, stamen banyak, yang paling luar dapat membentuk staminodia yang petaloid, filamen bersatu membentuk tabung yang disebut “Staminal colomn“ atau tabung stamina, ovarium superum terdiri dari 2- banyak karpel, ruang sebanyak karpel, ovul 1- banyak tiap karpel, stillus sebanyak karpel yang bersatu dibawah atau lepas, buah kapsula, scizokarpium, baka atau samara.
Familia Caricaceae merupakan familia yang berhabitus pohon kecil atau perdu yang berkayu lunak, jarang bercabang, daun terkumpul di ujung batang, letaknya satu sama lain tersebar, tunggal palmatilobus sampai majemuk palamatus, urat daun palmatus, stipula kalau ada berupa duri, bunga tunggal atau dalam perbungaan simosa, aktinomorf, uniseksual atau biseksual, kaliks 5 sepal kecil, korolla 5 petal membentuk tabung panjang pada bunga jantan atau tabung pendek pada bunga betina, stamen 10 dalam 2 lingkaran, epipetal, ovarium superum, 5 karpel, 1 ruang dengan plasenta parietalis atau ruang banyak dengan plasenta aksilaris, ovula banyak, buah baka, dan berdaging.
Brassicaceae berupa terna annual atau perrenial. Daun tunggal atau majemuk, duduk tersebar. Bunga banci, zigomorf atau aktinomorf, biasanya tersusun dalam tandan pada ujung batang. Kelopak terdiri atas 4 daun kelopak, tersusun dalam 2 lingkaran. Daun mahkota 4 berseling dengan daun mahkota. Benang sari 6 dalam 2 lingkaran. Bakal buah menumpang terdiri atas 2 daun. Bakal buah menumpang terdiri atas 2 daun buah yang berlekatan. Buah berupa buah lobak (siliqua) bila masak membuka dengan2 katup, atau terputus menjadi beberapa bagian. Biji tanpa endosperm. Contoh, Brassica oleracea (kubis), Raphanus sativus (lobak).
Cucurbitaceae yaitu Familia yang berhabitus basah atau tumbuhan berkayu lunak, umumnya memanjat dengan sulur berbentuk spiral, daun tunggal palmatilobus atau majemuk palmatus, letaknya tersebar, urat daun palmatus, sering terdapat kelenjar nektar, tidak ada stipula, bunga tunggal atau dalam perbungaan racemosa keluar dari ketiak daun, umumnya uniseksual (tumbuhan bisa berumah satu atau berumah dua), simetri bunga aktinomorf, hipantium pendek atau panjang diatas ovarium, kaliks umumnya 5 sepal, korolla umumnya 5 petal yang lepas atau bersatu, stamen 5 filamen dan ada juga anteranya bisa lepas atau bersatu, ovarium inferus, 3 karpel, satu ruang dengan tipe plasenta parietalis atau plasenta bersatu ditangah sehingga ber ruang banyak, stilus 1 dengan 1-3 stigma, buah baka, pepo atau kapsula., contohnya Momordica charantia (Pare) (Campbell, 2008:241).

C.    Alat dan Bahan
1.      Alat
a.       Silet
b.      Plastic
2.      Bahan
a.       Jengger Ayam
b.      Bayam Liar
c.       Kaktus
d.      Bunga Sepatu
e.       Bunga Pukul Empat
f.       Bunga Keretas
g.      Labu Siam
h.      Pare
i.        Lobak
j.        Petsai
k.      Pepaya
l.        Ginseng
m.    Kembang Wera
n.      Kaktus

D.    Prosedur Kerja
1.      Disiapkan sepesies dari Subclassis Caryophyllidae dan Dillenidae.
2.      Diamati setiap specimen yang ada dalam habitus, pola percabangan, dan bentuk/segi penampang melintangnya.
3.      Diamati daunnya dalam hal filotaksis, komposisi, pertulangan, bentuk, dan tepi daunnya.
4.      Diamati dan bandingkan bunganya, yaitu: komposisi, jenis karangan bunga, dan simetri bunga.
5.      Diamati perhiasan dan alat kelamin bunga, yaitu: Corolla, Calyx, Perigonium, Stamen, dan Pistilum.
6.      Digambarlah bagian-bagaian tumbuhan, yaitu: percabangan pertumbuhan, perhatikan pula stipulanya, penampang memanjang bunga, stamen dan pistilum, serta berinama bagian-bagian tumbuhan tersebut.









E.     Hasil Pengamatan





























F.     Pembahasan
Praktikum kali ini melakukan pengamatan terhadap subkelas caryophyllidae dan subkelas dillenidae. Pengamatan ini dilakukan terhadap family Nyctaginaceae, cactaceae, Amaranthaceae. Portulaceae, Malvaceae, Caricaceae, Cucurbitaceae, Brassicaceae.
Pertama pengamatan terhadap Bunga keretas (Bougainvillea spectabilis). Bunga kereas ini berasal dari famili Nyctaginaceae yang memilik subkelas Caryophyllidae. Bentuknya adalah pohon kecil yang sukar tumbuh tegak. Keindahannya berasal dari seludang bunganya yang berwarna cerah dan menarik perhatian karena tumbuh dengan rimbunnya. Seludang bunga ini kerap dianggap sebagai bagian bunga, walaupun bunganya yang benar adalah bunga kecil yang terlindung oleh seludang.
Bunga keretas berasa dari Amerika Selatan, tanaman ini sering ditanam di taman dan kawasan perumahan. Pada waktu tanaman ini berbunga, tanaman ini mempunyai kebiasaan merontokkan beberapa daunnya. Bentuknya adalah pohon kecil yang sukar tumbuh tegak. (Seludang bunga ( atau spatha) merupakan daun pelindung, yang seringkali berukuran besar, yang menyelubungi seluruh bunga majemuk waktu belum mekar.
Description: Bougainvillea spectabilis kingdom: Plantae
 Divisi: Magnoliophyta
 Kelas: Magnoliopsida
 Subkelas: Caryophyllidae
 Ordo: Caryophylales
 Familli: Nyctaginaceae
 Genus: Bougainvillea
 Spesies: Bougainvillea spectabilis
D
Bunga keretas ini memiliki perawakan (habitus) Perdu, dan tumbuh bercabang cabang sehingga termasuk kedalam umbuhan simpodial, bunga keretas ini memiliki batang yang kecil namun keras disertai dengan duri yang berfungsi untuk pelindung tumbuhan itu sendiri.
Bunga keretas (Bougainvillea spectabilis) memiliki macam daun tunggal yang letaknya berseling-seling, dengan bentuk Kordaus dan pertulangan daun ini menjala karena pertulanganya tersebar kemana-mana. Daunya memiliki tepi daun rata dengan ujung daunya runcing dan pangkal daunnya meruncing.
Bunga pada bunga keretas ini merupakan bunga yang tidak sempurna karena bunga yang sebenarnya itu kecil yang terlindung oleh seludung bunga yang memiliki warna yang sangat cerah yaitu berwarna merah. Seludung bunga ini sangat banyak sehingga terlihat indah dan cantik. Bnga keretas ini termasuk kedalam bunga banci karena didalam satu tumbuhan terdapat betina dan janan yang disebut monoseus.
Manfaat bunga keretas ini bisa dijadikan sebagi bahan minyak wangi dan sering dijadikan tanaman hias didepan rumah maupun ditaman.
Pengamatan yang kedua terhadap bunga sepatu. Kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) adalah tanaman semak suku Malvaceae, subkela Dillenidae yang berasal dari Asia Timur dan banyak ditanam sebagai tanaman hias di daerah tropis dan subtropis. Bunga besar, berwarna merah dan tidak berbau. Bunga dari berbagai kultivar dan hibrida bisa berupa bunga tunggal (daun mahkota selapis) atau bunga ganda (daun mahkota berlapis) yang berwarna putih hingga kuning, oranye hingga merah tua atau merah jambu.
Description: Hibiscus rosa-sinensisKelasifikasi Bunga sepatu
 Kindom: Plantae
 Divisi: Magnoliophyta
 Kelas: Magnoliopsida
 Subkelas: Dillenidae
 Ordo: Malvales
 Familli: Malvaceae
 Genus: Hibiscus
 Spesies: Hibiscus rosa-sinensis

Bunga Sepatu ini memiliki perawakan (habitus) Perdu, dan tumbuh bercabang cabang sehingga termasuk kedalam umbuhan simpodial, bunga sepatu ini memiliki batang yang kecil dan bulat, permukaan batangnya kasar.
Bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) memiliki macam daun tunggal yang letaknya tersebar, dengan bentuk Bulat telur dan pertulangan daun ini menjala karena pertulanganya tersebar kemana-mana. Daunya memiliki tepi daun Bergerigi dengan ujung daunya runcing dan pangkal daunnya tumpul.
Bunga berbentuk trompet dengan diameter bunga sekitar 6 cm. hingga 20 cm. Putik (pistillum) menjulur ke luar dari dasar bunga. Bunga bisa mekar menghadap ke atas, ke bawah, atau menghadap ke samping. Pada umumnya, tanaman bersifat steril dan tidak menghasilkan buah. Tanaman berkembang biak dengan cara stek, pencangkokan, dan penempelan. Bunga sepatu berumah satu (Monoceus). (Sudarsono, 2005:149)
Manfaat Bunga sepatu banyak dijadikan tanaman hias karena bunganya yang cantik. Bunga digunakan untuk menyemir sepatu di India dan sebagai bunga persembahan. Di Tiongkok, bunga yang berwarna merah digunakan sebagai bahan pewarna makanan. Di Indonesia, daun dan bunga digunakan dalam berbagai pengobatan tradisional. Kembang sepatu yang dikeringkan juga diminum sebagai teh.
Pengamatan yang ketiga terhadap bunga pukul empat. Bunga pukul empat (Mirabilis jalapa) adalah tanaman yang dapat tumbuh di mana saja. Tanaman ini banyak dimanfaatkan sebagai tanaman hias di pekarangan atau sebagai pagar pembatas rumah. Bunga pukul empat disebut pula bunga sore, disebut demikian karena bunganya mekar saat sore hari dan dapat bertahan hanya sekitar beberapa jam saja. Pada pangkal bunga saat dipetik, akan keluar setitik air yang mempunyai rasa manis.
Kelasifikasi Bunga Pukul empat.
Description: https://encrypted-tbn2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTktym0kQFB_Pt91JrdimDsbbHjmSeOZ16fleyLASBQbxkVhdAnFg kingdom: Plantae
 Divisi: Magnoliophyta
 Kelas: Magnoliopsida
 Subkelas: Caryophyllidae
 Ordo: Caryophylales
 Familli: Nyctaginaceae
 Genus: Mirabilis
 Spesies: Mirabilis jalapa

Bunga pukul 4 ini memiliki perawakan (habitus) Perdu, dan tumbuh bercabang cabang sehingga termasuk kedalam tumbuhan simpodial, bunga pukul 4 ini memiliki batang yang kecil dan bulat, permukaan batangnya lunak dan berair.
Daun Mirabilis jalapa  termasuk daun yang tidak lengkap karena hanya memiliki helaian daun, dan tangkai daunnya saja. tepi daun rata (integer), letaknya berhadapan.  Termasuk daun majemuk menyirip genap. Bentuk daunnya bulat telur dengan pertulangan menjala serta ujung daun runcing dan pangkal daun meruncing
Bunganya seperti terompet kecil, warna bunga tergantung jenisnya, ada yang merah, putih, kuning, bahkan kadang-kadang dalam satu pohon terdapat warna campuran. Bijinya bulat berkerut, jika sudah masak berukuran 8 mm. Pada waktu muda bijinya berwarna hijau, kemudian berubah menjadi hitam kehitaman. Akhirnya pada saat matang bewarna hitam sepenuhnya. Buahnya keras, berwarna hitam, berbentuk telur dan bila sudah tua di dalamnya terdapat zar tepung yang mengandung lemak. Tanaman ini biasanya tumbuh liar tidak terpelihara. Tanaman ini berasal dari Amerika Selatan. Di Indonesia hampir ditanam dimana-mana sehingga mudah dijumpai karena tanaman ini mudah beradaptasi dengan iklim tropik, dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi.
Bunga Pukul empat merupakan tanaman tropis, dapat tumbuh sampai ketinggian 1.200 m di atas permukaan laut. Suhu yang dikehendaki berkisar antara 26 – 30° C, meskipun suhu lingkungan sejuk, namun demikian juga membutuhkan sinar matahari yang cukup. Tanah yang dikehendaki untuk pertumbuhan Bunga Pukul Empat adalah tanah yang gembur, subur, dengan pH tanah 6 – 7. Bunga pukul empat tidak dapat setiap saat mekar. Mekarnya hanya pada jam-jam tertentu saja, yaitu pada sore hari. Menurut berbagai penelitian, gerak mekarnya bunga tersebut karena pengaruh berbagai faktor yang salling terkait, cahaya, suhu, kelembapan udara di sekitarnya. Faktor-faktor tersebut yang menyebabkan terjadinya perubahan turgor pada bunga, sehingga bunga mekar.
Pengamatan keempat terhadap jengger ayam. Tumbuhan ini banyak dikenal di Sulawesi dengan sebutan tatara manuk, sapiri manu, bunga api-api, laya, langgelo, kaputi ayam, rangrang jangang, bunga lali manu, dan puwa ri sawito. Di Jawa, bunga ini dikenal sebagai Jawer hayam (bahasa Sunda), jawer kotok, bayem cenggeng, jhanggar ayam atau rebha mangsor, sedangkan di Sumatera disebut sebagai celala, banda ulu, dan bunga tali. Orang Maluku menyebutnya Wire, kolak, toko, marerede, sule-sule, sementara orang Nusa tenggara janggar siap, ndae ana sina atau bunak manula larit
Jengger ayam memiliki kelasifikasi sebagai berikut
Description: http://biojana.com/wp-content/uploads/2012/10/Jengger-Ayam-Tanaman-Obat-Indonesia.jpeg Kingdom: Plantae
 Divisi: Magnoliophyta
 Kelas: Magnoliopsida
 Subkelas: Caryophyllidae
 Ordo: Caryophylales
 Familli: Amaranthaceae
 Genus: Celosia
 Spesies: Celosia cristata

Jengger ayam ini memiliki perawakan (habitus) Perdu, dan tumbuh ini memiliki satutitik tumbuh sehingga tumbuhan ini digolongkan monopodia, jawer ayam ini memiliki batang yang tebal dan ber alur, berwarna hijau dan berair.
Jawer ayam (Celosia cristata) memiliki macam daun tunggal yang letaknya berseling-seling, dengan bentuk lanset dan pertulangan daun ini menjala karena pertulanganya tersebar kemana-mana. Daunya memiliki tepi daun rata dengan ujung daunya runcing dan pangkal daunnya meruncing.
Bunga pada jawe ayam ini merupakan bunga yang tidak sempurna karena bunga yang sebenarnya itu kecil yang menempelpada permukaan atau tempat melekatnya bunga itu sendiri. Bunga ini termasuk kedalam bunga banci karena didalam satu tumbuhan terdapat betina dan janan yang disebut monoseus.
Manfaat Jengger ayam, spesies ini memiliki rasa manis dan sejuk dan dapat digunakan untuk anti radang, menghentikan keputihan dan menerangkan pengelihatan. Tanaman ini dapat menghentikan perdarahan, seperti pada batuk darah, muntah darah, mimisan, dan wasir berdarah. Bunga mengandung minyak lemak, kaempferitrin, amaranthin, pinitol, sedangkan pada daun terdapat saponin, flavonoida, dan polifenol.
Pengamatan yang kelima terhadap bayam duri, Bayam Duri ( Amaranthus spinosus ) termasuk jenis tumbuhan amaranth. Tumbuhan ini mempunyai batang lunak atau basah, tingginya dapat mencapai 1 meter. Tanda khas tumbuhan bayam duri adalah pada batang, tepatnya di pangkal tangkai daun terdapat duri, sehingga orang mengenal sebagai bayam duri. Bentuk daunya menyerupai belahan ketupat dan berwarna hijau. Bunganya berbentuk bunga bongkol dan berwarna hijau muda.
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhg7bdagkIBuxcn6DSnW6Bu1loxDIpwjFDPsJ1NWs5AuQwvN5t_viDJTIllHU1Bsf6Y2StGYkplaz14OrLL-g7RwuZP9vq-dg7KWxkb0R5gWWYQpoIHTdoohhh7s2UdfB3IkOEoos5z7Gqy/s200/6252469939_c3cfa6940b_z.jpgKelasifikasi bayam duri sebagai berikut.
 Kingdom: Plantae
 Divisi: Magnoliophyta
 Kelas: Magnoliopsida
 Subkelas: Caryophyllidae
 Ordo: Caryophylales
 Familli: Amaranthaceae
 Genus: Amaranthus
 Spesies: Amaranthus spinosus

Akar tanaman bayam duri sama seperti akar tanaman bayam pada umumnya, yaitu memiliki sistem perakaran tunggang.
Batang tanaman bayam duri ini kecil berbentuk bulat, lunak dan berair. Batang tumbuh tegak bisa mencapai satu meter dan percabangannya monopodial. Batangnya berwarna merah kecoklatan. Yang menjadi ciri khas pada tanaman ini adalah adanya duri yang terdapat pada pangkal batang tanaman ini.
Memiliki daun tunggal. Berwarna kehijauan, bentuk bundar telur memanjang (ovalis). Ujung daun obtusus dan pangkal daun acutus. Tangkai daun berbentuk bulat dan permukaannya opacus.. Bentuk tulang daun bayam duri penninervis dan tepi daunnya repandus. 
Bunga terdapat di axilaar batang. Merupakan bunga berkelamin tunggal, yang berwarna hijau. Setiap bunga memiliki 5 mahkota. Kumpulan bunganya berbentuk bulir untuk bunga jantannya. Sedangkan bunga betina berbentuk bulat yang terdapat pada ketiak batang. Bunga ini termasuk bunga inflorencia.  Buahnya berbentuk lonjong berwarna hijau. Bijinya berwarna hitam mengkilat.
Manfaat bayam duri. Bayam duri, terkadang dianggap sebelah mata. Di bandingkan bayam sayur biasa, meski rasanya sama, tumbuhan ini jarang disentuh. Padahal, banyak yang tidak menyadari, selain enak, tumbuhan ini penuh khasiat, menyembuhkan berbagai macam penyakit seperti disentri, bisul, keputihan, gangguan pernafasan, bronchitis, serta mperlancar dan memperbanyak produksi ASI. Tanaman ini juga mempunyai sifat masuk meridien jantung dan ginjal. Menghilangkan panas (anti piretik), peluruh kemih (diuretik), menghilangkan racun (anti-toksin) menghilangkan bengkak, menghentikan diare dan membersihkan darah. Tanaman ini juga bersifat : Rasa manis, pahit dan sejuk.
            Pengamatan keenam terhadap papaya. Dalam klasifikasi tanaman, pepaya termasuk dalam famili Caricaceae. Famili ini memiliki empat genus, yaitu Carica, Jarilla, Jacaranta, dan Cylicomorph. Ketiga geus petama merupakan tanaman asli Amerika tropis, sedangkan genus ke empat merupakan tanaman yang beasal dari Afrika. Genus Carica memiliki 24 spesies, salah satu diantaranya adalah pepaya. Tanaman dari genus Carica banyak diusahakan petani karena buahnya enak dimakan. Genus lainnya hanya lazim untuk dinikmati keindahan habitusnya.
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhuxAXzUTanstmxJJ6ZLy56KyviYE6NYsPmUSoELxDECSvk7my_Y-bEQ7K7_a10cEi9UYzumWNAnNhDqp7EcGOsCLZ1SWxjAj4P8YTEAJ09VBU8VAia5IPoRlhy_xmPGfrr_HTeX_whmoey/s1600/download.jpg            Kelasifikasi pepaya sebagai berikut.

 Kingdom: Plantae
 Divisi: Magnoliophyta
 Kelas: Magnoliopsida
 Subkelas: Caryophyllidae
 Ordo: Caryophylales
 Familli: Caricaceae
 Genus: Carica
 Spesies: Carica papaya
Batang (caulis) merupakan bagian tubuh tumbuhan yang amat penting,dan mengingat tempat serta kedudukan batang bagi tubuh tumbuhan. Bentuk batang pada tanaman pepaya yaitu berbentuk bulat, dengan permukaanbatang yang memperlihatkan berkas-berkas daun. Arah tumbuh batang yaitu tegak lurus yaitu Monopodial. Permukaan batang tanamanpepaya yaitu licin. Batangnya berongga, biasanya tidak bercanbang, dantingginya dapat mencapai 10 m.
Daun merupakan tumbuhan yang paling penting dan umunya tiaptumbuhan mempunyai sejumlah besar daun. Daun pepaya merupakan dauntunggal, berukuran besar, dan bercangap, juga mempunyai bagian-bagiandaun lengkap (falicum completum) beruapa pelepah atau upih daun (vagina), tangkai daun (petiolus) dan helaian daun (lamina). Daun pepaya dikatakan mempunyai bangun bulat (orbicularis), ujungdaun yang meruncing, tangkai daun panjang dan berongga. Dilihat darisususnan tulang daunnya, daun pepaya termasuk daun-daun yang bertulangmenjari (palmineruis). Daun yang muda terbentuk dibagian tengah tanaman.
Bunga merupakan bagian-bagian yang secara langsung berguna untuk mempertahankan kehidupan (untuk penyerapan makanan, pengolahan,bahan-bahan yang diserap menjadi bahan-bahan yang digunakan olehtumbuhan untuk keperluan hidupnya : paernafasan, pertumbuhan, dll).Pepaya termasuk golongan tumbuhan poligam (polygamus), karena pada satutumbuhan terdapat bunga jantan, bunga betina dan bunga sempurna.Biasanya poligam dimaksud untuk menunjukan sifat tumbuhan bertaliandengan sifat bunga tali yang memperlihatkan suatu kombinasi bukanberumah satu dan juga bukan berumah dua.
Perbedaan antara Bunga jantan, bunga betina dan bunga sempurna yaitu :
Bunga jantan biasanya terdapat pada pohon jantan. Pohon jantan mudah dikenal karena memiliki malai, bunga bercabang banyak yangmengantung dengan bunga-bunga jantan yang lebat. Jenis pohon initidak akan menghasilkan buah karena bunganya tidak mempunyai bakalbuah. Pohon jantan hanya bermanfaat sebagai penyerbuk pohon betina.
Bunga betina biasanya terdapat pada pohon betina. Pohon betinamemiliki inflorensa dengan 3-5 bunga betina yang bertangkai pendek.Bahkan sering hanya dengan sebuah bunga betina yang duduk diketiak daun. Ukuran bungannya agar besar. Tanpa adanya pohon jantan ataupohon sempurna, pohon betina ini tidak dapat menghasilkan buah.Bunga sempurna menjamin terjadinya penyerbukan secara sempurna.
Bunga sempurna memiliki inflorensia yang terdiri dari beberapabunga sempurna dan 1-4 bunga jantan. Masing-masing bunga tersebutbertangkai pendek.
Buah yaitu bagian putik yang membesar, dan biasanya terdapatditengah-tengah dasar bunga. Pepaya merupakan salah satu bentuk bakalbuah berumah satu (unilocularius). Bakal buah berumah satu dapattersusun atas satu daun buah saja, misalnya pada bunga tumbuhan yangberbuah polong, dapat pula tersusun atas lebih dari pada satu daun buah. Pepaya termasuk dalam golongan buah sungguh (buah sejati) tunggal.Buah sejati tunggal yaitu buah sejati yang terdiri dari bunga denga satu bakalbuah saja. Buah ini dapat berisi satu biji atau lebih, dapat pula tersusun darisatu atau banyak daun buah dengan satu atau banyak naungan. Dalam buahpapaya terjadi dari beberapa daun buah dengan satu ruang dan banyak biji.
Pepaya juga termasuk buah buni (bacca). Yang disebut dengan buah buni adalah buah yang dagingnya mempunyai dua lapisan, ialah lapisan luar yangtipis agak menjangat atau kaku seperti kulit (belulang) dan lapisan dalamyang tebal, lunak dan berair, sering kali dapat dimakan. Biji-biji terdapatbebas dalam bagian yang lunak itu. Buah buni dapat terjadi dari satu ataubeberapa ruang. Pepaya termasuk buah buni yang berdiding tebal dan dapat  dimakan. Buah papaya juga bentuknya bulat sampai lonjong. Yang dimaksud dengan biji yaitu penyerbukan yang diikuti denganpembuahan, bakal buah tumbuh menjadi buah, dan bakal biji tumbuhmenjadi biji. Melihat asal jaringan yang menjadi tempat penimbunan zatmakanan cadangan biji pepaya termasuk putih lembaga dalam (endospermium). Maksud dari putih lembaga dalam yaitu jika jaringanpenimbun makanan itu terdiri atas sel-sel yang berasal dari onti kandunglembaga sekunder yang kemudian setelah dibuahi oleh salah satu inti spermalalu membelah-belah menjadi jaringan penimbun makanan ini. Melihatasalnya putih lembaga dalam ini, maka biji dengan bagian ini hanya dapatbiji tumbuhan tertutup (angiospermae).
Manfaat buah kates. Buah masak yang populer sebagai “buah meja”, selain untuk pencuci mulut juga sebagai pensuplai nutrisi/gizi terutama vitamin A dan C. Buah pepaya masak yangmudah rusak perlu diolah dijadikan makanan seperti sari pepaya, dodol pepaya. Dalam industri makanan buah pepaya sering dijadikan bahan baku pembuatan (pencampur) saus tomat yakni untuk penambah cita rasa, warna dan kadar vitamin.
Pengamatan ketujuh terhadap Peria adalah sejenis tumbuhan merambat dengan buah yang panjang dan runcing pada ujungnya serta permukaan bergerigi. Peria tumbuh baik di dataran rendah dan dapat ditemukan tumbuh liar di tanah terlantar, tegalan, dibudidayakan, atau ditanam di pekarangan dengan dirambatkan di pagar. Tanaman ini tumbuh merambat atau memanjat dengan sulur berbentuk spiral, banyak bercabang, berbau tidak enak serta batangnya berusuk isma. Daun tunggal, bertangkai dan letaknya berseling, berbentuk bulat panjang, dengan panjang 3,5 - 8,5 cm, lebar 4 cm, berbagi menjari 5-7, pangkalnya berbentuk jantung, serta warnanya hijau tua. Bunga merupakan bunga tunggal, berkelamin dua dalam satu pohon, bertangkai panjang, mahkotanya berwarna kuning. Buahnya bulat memanjang, dengan 8-10 rusuk memanjang, berbintil-bintil tidak beraturan, panjangnya 8-30 cm, rasanya pahit, warna buah hijau, bila masak menjadi oranye yang pecah dengan tiga daun buah.
Description: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/7/74/Momordica_charantia_-_fruit_01.JPG/150px-Momordica_charantia_-_fruit_01.JPGKelasifikasi paria sebagai berikut:

 Kingdom: Plantae
 Divisi: Magnoliophyta
 Kelas: Magnoliopsida
 Subkelas: Caryophyllidae
 Ordo: Violales
 Familli: Cucurbitaceae
 Genus: Momordica
 Spesies: Momordica charantina
pare ini memiliki perawakan (habitus) Liana, dan tumbuhnya menjalar, pare ini memiliki batang yang kecil dengan trikoma, dan disetiap ketiaknya terdapat daun pelindung, serta batang biasanya menempel pada substrat.
pare (Momordica charantina) memiliki macam daun tunggal yang letaknya berseling-seling, dengan bentuk tombak dan pertulangan daun ini menjar karena pertulanganya sepertijari. Daunya memiliki tepi daun bergerigi dengan ujung daunya tumpul dan pangkal daunnya anak panah.
Bunga pada pare ini merupakan macam bunga tunggal, dan bunganya ini memiliki slatum dan simetri bunganya aktinomorf.
Manfaat Sejak zaman purba peria digunakan untuk merawat penderita kencing manis karena terbukti berkhasiat hipoglikemik melalui insulin nabati yang mengurangi kandungan gula dalam darah dan air kencing. Penelitian mengenai khasiat hipoglikemik ini dilakukan oleh William D.Torres pada tahun 2004 baik secara in vitro maupun in vivo. Efek peria dalam menurunkan gula darah pada hewan percobaan bekerja dengan mencegah usus menyerap gula yang dimakan. Selain itu diduga peria memiliki komponen yang menyerupai sulfonylurea, yakni obat antidiabetes paling tua. Obat jenis ini menstimulasi sel beta kelenjar pankreas tubuh memproduksi insulin lebih banyak, selain meningkatkan deposit cadangan gula glikogen di hati. Momordisin, sejenis glukosida yang terkandung dalam peria juga mampu menurunkan kadar gula dalam darah dan membantu pankreas menghasilkan insulin. Efek peria dalam menurunkan gula darah pada kelinci diperkirakan juga serupa dengan mekanisme insulin.
Pengamatan kedelapan terhadap petsai, Petsai merupakan salah satu tanaman semusim, berdaun tunggal dan tersusun sebagai rozet akar yaitu daun-daun rapat susunannya dan kedudukannya pada pangkal batang tanaman dekat permukaan tanah. Tanaman Petsai termasuk famili Cruciferae, berbentuk semak yang tegak dengan memiliki akar tunggang (Radix primaria) dan cabang-cabang akar yang bentuknya bulat panjang (silindris) menyebar  kesemua arah pada kedalaman antara 30 – 50 cm.
Kelasifikasi petsai sebagai berikut:
Description: https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcT57gpx7DmaTrp2gSX0uIl4t6G2-eqAlJC3bGSoCfM5Qtjo_aDD1QKingdom: Plantae
Devisio: Spermatophyta
Kelas: Angiospermae
Sub Kelas: Dicotyledoneae
Ordo:  Papavorales
Famili: Cruciferae
Genus: Brassica
Spesies:  Brassica chinensis L.

petsai ini memiliki perawakan (habitus) semak, dan tumbuhnya biasanya ditempat-tempat lembab, biasanya petsai ini batangnya tidak terlihat karena sangat pendek, batangnya ini berbentuk bulat dan termasuk kedalam tumbuhan monopodial.
Petsai (Brassica chinensis L) memiliki macam daun Majemuk yang letaknya roset basal, dengan bentuk sudip dan pertulangan daun ini menjar karena pertulanganya menyebar. Daunya memiliki tepi daun bergelombang dengan ujung daunya Melingkar dan pangkal daunnya meruncing.
Untuk bunganya sendiri tidak dilakukan pengamatan karena keika pengamatan tidak terdapat bunganya.
Pengamatan yang kesembilan terhadap Lobak. Lobak adalah tumbuhan yang masuk ke dalam famili Cruciferae. Bentuk umbi lobak seperti wortel, tapi isi dan kulitnya berwarna putih. Tanaman lobak berasal dari Tiongkok, dan telah banyak diusahakan di Indonesia. Tanaman yang mudah ditanam baik di dataran rendah maupun pegunungan. Saat ini daerah yang banyak ditanami lobak adalah dataran tinggi Pangalengan, Pacet, Cipanas, dan Bedugul. Luas areal tanaman lobak di Indonesia saat ini berkisar 15.700 hektare.
Tanah yang baik untuk tanaman lobak adalah tanah gembur, mengandung humus (subur), lapisan atas tanah yang tidak mengandung kerikil (batu-batu kecil), dan derajat keasaman tanah 5-6. Waktu penanaman yang cocok adalah saat musim hujan atau awal musim kemarau. Untuk penanaman pada musim kemarau, tanaman harus cukup air.
Description: https://encrypted-tbn3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRHmhIpgbAoWCONlD9F1ps0IPtCE4OeMOSyfw3ioQLCmhIMl8LSKelasifikasi Lobak sebagai berikut:
 Kingdom: Plantae
 Devisio: Spermatophyta
 Kelas: Angiospermae
 Sub Kelas: Dicotyledoneae
 Ordo:  Brasicales
 Famili: Brassicaceae
 Genus: Raphanus
 Spesies:  Raphanus sativus

Lobak ini memiliki perawakan (habitus) semak, dan tumbuhnya biasanya ditempat-tempat lembab, biasanya lobak ini batangnya tidak terlihat karena sangat pendek, batangnya ini berbentuk bulat dan termasuk kedalam tumbuhan monopodial.
Lobak (Raphanus sativus) memiliki macam daun Majemuk yang letaknya roset basal, dengan bentuk sudip dan pertulangan daun ini menjar karena pertulanganya menyebar. Daunya memiliki tepi daun bergelombang dengan ujung daunya Melingkar dan pangkal daunnya meruncing.
Untuk bunganya sendiri tidak dilakukan pengamatan karena keika pengamatan tidak terdapat bunganya.
Manfaat lobak. Lobak dapat digunakan sebagai obat gangguan ginjal dan demam. Di samping itu, dapat pula menghasilkan lendir dalam kerongkongan sehingga baik untuk obat batuk. Umbi lobak dapat dimakan mentah atau dibuat acar, tetapi umumnya dibuat sebagai campuran soto.
Pengamatan yang kesepuluh terhadap wera. Kembang wera adalah tanaman semak suku Malvaceae, subkela Dillenidae yang berasal dari Asia Timur dan banyak ditanam sebagai tanaman hias di daerah tropis dan subtropis. Bunga besar, berwarna merah dan tidak berbau. Bunga dari berbagai kultivar dan hibrida bisa berupa bunga tunggal (daun mahkota selapis) atau bunga ganda (daun mahkota berlapis) yang berwarna putih hingga kuning, oranye hingga merah tua atau merah jambu.
Kelasifikasi Kembang wera sebagai berikut:
Description: Malvaviscus penduliflorus Kindom: Plantae
 Divisi: Magnoliophyta
 Kelas: Magnoliopsida
 Subkelas: Dillenidae
 Ordo: Malvales
 Familli: Malvaceae
 Genus: Malvaviscus
 Spesies: Malvaviscus penduliflorus


Kembang wera ini memiliki perawakan (habitus) Perdu, dan tumbuh bercabang cabang sehingga termasuk kedalam umbuhan simpodial, Kembang wera ini memiliki batang yang kecil dan bulat, permukaan batangnya kasarm dan berwarna hijau atau coklat.
Kembang wera (Malvaviscus penduliflorus) memiliki macam daun tunggal yang letaknya tersebar, dengan bentuk Bulat telur dan pertulangan daun ini menjala karena pertulanganya tersebar kemana-mana. Daunya memiliki tepi daun Bergerigi dengan ujung daunya runcing dan pangkal daunnya tumpul.
Bunga berbentuk trompet yang tidak berkembang atau mekar dengan diameter bunga sekitar 6 cm. hingga 20 cm. Putik (pistillum) menjulur ke luar dari dasar bunga. Bunga bisa mekar menghadap ke atas, ke bawah, atau menghadap ke samping. Pada umumnya, tanaman bersifat steril dan tidak menghasilkan buah. Tanaman berkembang biak dengan cara stek, pencangkokan, dan penempelan. Bunga sepatu berumah satu (Monoceus).
Pengamatan kesebelas terhadap Ginseng. Gingseng adalah bahan ramuan jamu dari Cina yang sangat terkenal khasiatnya. Gingseng berasal dari wilayah Timur Laut Cina, Rusia timur dan Korea. Khasiat gingseng untuk kesehatan telah dikembangkan selama 7000 tahun.
Description: https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRhDMKio868LS7olVea1ni99ang3iJwhUCd2Ta9vqYO8bIG_lVqkQGinseng memiliki kelasifikasi sebagai berikut:
 Kingdom: Plantae
 Divisi: Magnoliophyta
 Kelas: Magnoliopsida
 Orde: Apiales
 Famili: Araliaceae
 Genus: Panax
 Spesies: Panax ginseng


Ginseng ini memiliki perawakan (habitus) Perdu, dan tumbuh bercabang cabang sehingga termasuk kedalam umbuhan simpodial, Ginseng ini memiliki batang yang kecil bulat, halus, berbintik, dan memiliki warna hijau dan coklat.
Ginseng (Panax ginseng) memiliki macam daun tunggal yang letaknya tersebar, dengan bentuk sudip dan pertulangan daun ini menjala karena pertulanganya tersebar kemana-mana. Daunya memiliki tepi daun rata dengan ujung daunya terbelah dan pangkal daunnya meruncing.
Bunga pada ginseng ini merupakan bunga majemuk, terdapat 5 mahkota berwarna ungu dan 2 kelopak hijau. Terdapat benangsari berjumlah 19 dan putik 1, ginseng ini termasuk kedalam bunga banci karena didalam satu tumbuhan terdapat betina dan janan yang disebut monoseus.
Manfaat ginseng adalah dapat meningkatkan kualitas kesehatan dengan adaptogenik pada ginseng membantu merangsang orang tetap muda. Sedangkan pada orang tua, dapat memulihkan sel-sel yang rusak dalam tubuh. Ginseng juga dapat membantu Anda melawan flu dan penyakit infeksi lainnya.
Pengamatan yang ketigabelas terhadap walusiam, walusiam ini sering digunakan untuk bahan masakan. Walusiam ini memiliki habitat di daerah pegunungan, pesawahan, dan perkebunan.
Description: D:\Documents and Settings\kbu4\Desktop\Download\index.jpegWalusiam memiliki kelasifikasi sebagai berikut:
 Kingdom: Plantae
 Divisi: Magnoliophyta
 Kelas: Magnoliopsida
 Subkelas: Caryophyllidae
 Ordo: Violales
 Familli: Cucurbitaceae
 Genus: Sechium
 Spesies: Sechium edule

Walusiam ini memiliki perawakan (habitus) Liana, dan tumbuhnya menjalar, walusiam ini memiliki batang yang kecil dengan trikoma, dan disetiap ketiaknya terdapat daun pelindung, serta batang biasanya menempel pada substrat.
Walusiam (Sechium edule) memiliki macam daun tunggal yang letaknya berseling-seling, dengan bentuk tombak dan pertulangan daun ini menjar karena pertulanganya sepertijari. Daunya memiliki tepi daun bergerigi dengan ujung daunya tumpul dan pangkal daunnya anak panah.
Bunga pada walusiam ini merupakan macam bunga tunggal, dan bunganya ini memiliki slatum dan simetri bunganya aktinomorf.
Pengamatan yang ketiga belas terhadap kaktus. Kaktus adalah nama yang diberikan untuk anggota tumbuhan berbunga famili Cactaceae. Kaktus dapat tumbuh pada waktu yang lama tanpa air. Kaktus biasa ditemukan di daerah-daerah yang kering (gurun). Kata jamak untuk kaktus adalah kakti. Kaktus memiliki akar yang panjang untuk mencari air dan memperlebar penyerapan air dalam tanah. Air yang diserap kaktus disimpan dalam ruang di batangnya. Kaktus juga memiliki daun yang berubah bentuk menjadi duri sehingga dapat mengurangi penguapan air lewat daun. Oleh sebab itu, kaktus dapat tumbuh pada waktu yang lama tanpa air.
Keelasifikasi kaktus sebagai berikut:
Description: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/f/fc/Cactus1web.jpg/220px-Cactus1web.jpg Kingdom: Plantae
 Divisi: Magnoliophyta
 Kelas: Magnoliopsida
 Subkelas: Caryophyllidae
 Ordo: Cactales
 Familli: cactaceae
 Genus: Cactus
 Spesies: Cactus sp

Kaktus termasuk ke dalam golongan tanaman sukulen karena mampu menyimpan persediaan air di batangnya. Batang tanaman ini mampu menampung volume air yang besar dan memiliki bentuk yang bervariasi. Untuk dapat bertahan di daerah gurun yang gersang, kaktus memiliki metabolisme tertentu. Tumbuhan ini membuka stomatanya di malam hari ketika cuaca lebih dingin dibandingkan siang hari yang terik. Pada malam hari, kaktus juga mengambil CO2 dari lingkungan dan menyimpannya di vakuola untuk digunakan ketika fotosintesis berlangsung (terutama pada siang hari). Banyak spesies dari kaktus yang memiliki duri yang panjang serta tajam. Duri tersebut merupakan modifikasi dari daun dan dimanfaatkan sebagai proteksi terhadap herbivora. Bunga kaktus yang berfungsi dalam reproduksi tumbuh dari bagian ketiak atau areola dan melekat pada tumbuhan serta tidak.
Habitat Hanya seperempat dari keseluruhan total spesies kaktus yang hidup di daerah gurun. Sisanya hidup pada daerah semi-gurun, padang rumput kering, hutan meranggas, atau padang rumput. Umumnya, tumbuhan ini hidup di daerah beriklim tropis dan subtropis.

G.    Kesimpulan
1.      Caryophyllidae memiliki ciri bunga dengan peranthium yang jelas, biseksual, polypetal, polypetal atau sering apetal, dan sympetal.
2.      Dillenidae memiliki ciri benang sari sentrifugal, serbuksari binukleat.
3.      familia Cactaceae tertanam di batang sukulen dengan tipe inferum, memiliki stamen yang sangat banyak , familia Cactaceae banyak dimanfaatkan sebagai tanaman hias.
4.      Amarantaceae memiliki ciri seperti habitusnya herba, memiliki bunga majemuk berupa ( spika, bulir ), memiliki banyak braktea, kaliks dan korollanya tidak dapat di bedakan , perhiasan biasanya tipis seperti membrane.
5.   Caryophyllaceae memiliki ciri tumbuhan yang habitusnya berupa herba dengan nodus yang mengembung sehingga bila daun gugur nodus tetap terlihat , duduk daun berhadapan, letak plasenta sentralis , corolla ada dan bahkan tidak ada.
6.      Malvaceae memiliki ciri yang berhabitus herba, perdu dan pohon, umumnya mempunyai rambut-rambut berbentuk bintang, sisik atatu bentuk yang lain, daun tunggal dengan urat daun palmatus, letaknya tersebar, umumnya ada stipula.
7.  Caricaceae memiliki ciri yang berhabitus pohon kecil atau perdu yang berkayu lunak, jarang bercabang, daun terkumpul di ujung batang, letaknya satu sama lain tersebar, tunggal palmatilobus sampai majemuk palamatus, urat daun palmatus, stipula kalau ada berupa duri.

DAFTAR PUSTAKA
Campbell, A Neil. 2008. Biologi Jilid 2 Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga.
Dasuki, Undang Ahmad. 1992. Fitografi. Bandung: Pusat Ilmu Hayati ITB.
Sudarsono, dkk. 2005. Taksonomi Tumbuhan Tinggi. Malang :UM Press.
Tjitrosoepomo, Gembong. 2010. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta).
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.